Assalamu'alaikum,,, Salam Hormat

Terima kasih atas kunjungan anda ke blog saya. Semoga bermanfaat. Semua tulisan ini hasil saya pribadi, atau diambil dari tulisan lain yang tercantum pada rujukannya. Bila mengutip baik secara langsung maupun tidak, sebagian atau keseluruhan, diharapkan Mencantumkan sumber tulisan dan penulisnya pada daftar pustaka/catatan kaki sebagai bahan rujukannya.
atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih

Minggu, 23 Desember 2012

Teori Integratif dalam Komunikasi Organisasi


Oleh: Bambang Wibiono, S.I.P
 

Organisasi adalah struktur yang diciptakan melalui komunikasi. Orang berkomunikasi untuk mencapai tujuan individu dan tujuan bersama, oleh karena itu komunikasi digunakan untuk mencapai fungsi-fungsi penting dalam organisasi.
Salah satu sumber penting dalam organisasi adalah informasi, informasi ini untuk mengurangi ketidakpastian. Komunikasi, sebagian merupakan pengurai ketidakpastian melalui informasi, karena komunikasi mencakup penggunaan ‘bentuk2 simbolis’ umum yang saling dimengerti oleh para partisipannya.
Dua bentuk komunikasi yang berkaitan dengan dua bentuk informasi:

  • Informasi absolute, yang terdiri dari keseluruhan kepingan pengetahuan yang ada dalam sistem. Keseluruhan informasi yang dikomunikasikan dalam suatu organisasi adalah komunikasi absolute.
  • Informasi yang didistribusikan adalah informasi yang telah disebarkan melalui organisasi.

Kerangka structural fungsional bagi komunikasi organisasi terletak pada dimensi analisis:
1. Sistem level dari kerangka structural fungsional bagi komunikasi organisasi terdiri atas empat sub level: individual, dyadic, kelompok dan organisasional dalam suatu prinsip hierarki sistem. Individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam dyadic,beberapa dyadic berkerumun bersama2 ke dalam kelompok. Organisasi sebagai keseluruhanadalah suatu sistemdari kelompok2 yang saling berhubungan dan membentuk suatu jaringan kerja makro.
2. Fungsi-fungsi komunikasi. Farace menekankan tiga fungsi yaitu produksi, inovasi dan pemeliharaan. Produksi mengacu pada pengarahan, koordinasi control terhadap aktivitas organisasi. Inovasi membangkitkan atau mendorong perubahan dan gagasan baru dalam sistem. Sedangkan pemeliharaan diartikan untuk melindungi nilai-nilai individual dan hubungan antarpribadi yang dibutuhkan untuk mempertahankan sistem.
3. Struktur. Jika fungsi berkaitan dengan isi pesan, maka struktur berkaitan dengan timbulnya pola-pola atau aturan dalam penyampaian pesan.

Kelompok memiliki struktur internal yang menurut Richard Farace dapat dibagi menjadi tiga:
1. Struktur komunikasi atau jaringan kerja makro, yaitu pola-pola interaksi di dalam kelompok. Pertanyaan yg muncul disini: siapa berkomunikasi dengan siapa di dlm kelompok?
Jaringan kerja makro adalah suatu pola yang berulang2 dari transmisi informasi di dantara kelompok2 dalam suatu organisasi. Jaringan kerja yang biasanya mudah dipahami adalah table atau diagram susunan organisasi formal yang mejabarkan jaringan tugas. Adapula jaringan tidak resmi yang terdiri dari dua bagian pokok yaitu: para anggota dan rantai.
Rantai (links) ditandai oleh lima sifat:
  1. Simetri atau tingkat yg menghubungkan pada anggota, umumnya berupa suatu rantai interaksi atas dasar keseimbangan/kesejajaran.
  2. Kekuatan yang mengacu pada frekuensi interaksi. Orang yang lebih sering berkomunikasi akan memiliki rantai yang lebih kuat daripada orang yg jarang berkomunikasi.
  3. Resiprositas (timbal balik) yaitu tingkat kesepakatan para anggota mengenai hubungan mereka. Jika seseorang merasa yakin bahwa dia sering berkomunikasi dengan orang lain,tetapi orang lain menyangkalnya makan rantai hubungannya tidak resiprokal.
  4. Isi (content) yang merupakan esensi dari interaksi. Dengan mengamati isi dari berbagai rantai dalam suatu jaringan, kita dapat mengenali fungsi keseluruhan dari jaringan.
  5. Cara (mode) yaitu bagaimana komunikasi dapat dicapai dan melalui saluran apa.

2. Struktur kekuasan: siapa memiliki kekuasaan atas siapa?

3. Struktur kepemimpinan berkaitan dengan distribusi peran di dalam kelompok, terutama distribusi dari peran2 yg berhubungan dengan pengaruh antarpribadi dari para anggota kelompok.

Dalam pengertian jaringan, kelompok ditandai oleh empat criteria yang membuatnya relative stabil:
  • lebih dari separuh aktivitas komunikasi yang dilakukan kelompok berada di dalam kelompok.
  • setiap individu harus dikaitkan dengan individu lain dalam kelompok
  • kelompok tidak akan hancur oleh keluarnya satu orang atau rusaknya satu rantai hubungan
  • kelompok harus memiliki minimal tiga anggota.
Jadi suatu jaringan adalah suatu rangkaian kelompok-kelompok dan anggota-anggota yang saling berkaitan. Dua peran penting dalam struktur jaringan adalah peran:
  1. penghubung (liaison), bukan anggota dari kelompok manapun, meskipun dia menghubungkan dua kelompok atau lebih.
  2. jembatan (bridge), anggota kelompok yg juga berhubungan dengan kelompok lain.

Beberapa Pendekatan dalam Komunikasi Organisasi


Empat pendekatan dalam komunikasi organisasi:

1. Pendekatan struktur dan fungsi organisasi

Melalui pendekatan ini, kita diperkenalkan dengan toeri Max Webber mengenai birokrasi yang terangkum dalam enam prinsip:
  • birokrasi didasarkan pada aturan2 yang memungkinkan diselesaikannya suatu persoalan. 
  • birokrasi mengenal pembagian secara sistematis thd tenaga kerja dimana tnaga kerja memiliki hak dan kekuasaan yang terdefinisikan secara jelas. 
  • esensi dari birokrasi adalah penjenjangan,
  • pimpinan diangkat berdasarkan kemampuan dan pendidikan mereka,
  • birokrasi harus memiliki kebebasan untuk mengalokasikan sumber2 yang ada dalam lingkup pengaruhnya,
  • birokrasi mensyaratkan pengelolaan arsip yang rapi
Selain itu kita juga mempelajari teori sistem dari Chester Barnard yang pada esensiinya menjelaskan bahwa organisasi hanya dapat berlangsung melalui kerjasama antar manusia.

2. Pendekatan human relations

Kita diajak untuk mengkaji factor manusia sebagai objek yang penting dalam organisasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Rensis Likert dengan Empat Sistem Likertnya:

a. Exploitative Authoritative, pimpinan menggunakan kekuasaan dengan tangan besi dimana keputusannya tidak memanfaatkan atau memperhatikan umpan balik dari bawahannya.

b. Benevolent Authoritative, hampir sama dg sistem yang pertama, hanya pada sistem ini pimpinan cukup memiliki kepekaan terhadap kebutuhan para karyawan.

c. Consultative, pimpinan masih memegang kendali namun mereka juga mencari masukan-masukan dari bawahan.

d. Participate Management, memberi kesempatan pada karyawan untuk berpartsipasi penuh dalam proses pengambilan keputusan yang efeknya mengarahkan peningkatan tanggungjawab dan motivasi bekerja yang lebih baik.

3. Pendekatan komunikasi sebagai suatu proses pengorganisasian

Dalam pendekatan ini dibahas teori pengorganisasian dan teori strukturisasi. Teori pengorganisasian memandang organisasi sebagai suatu aktivitas sebab organisasi adalah sesuatu yang akan dicapai oleh sekelompok orang melalui proses yang berkesinambungan. Pada teori strukturisasi dijelaskan bahwa struktur organisasi diciptakan ketika sekelompok orang saling berkomunikasi melalui saluran tertentu.

4. Pendekatan organisasi sebagai kultur


Dalam pendekatan ini, kultur organisasi merupakan pandangan hidup bagi para anggotanya. Pacanowsky dan Trujillo menjelaskan lima bentuk penampilan organisasi, yaitu:

1. Ritual, merupakan penampilan yang diulang-ulang secara teratur yaitu suatu aktivitas yang dianggap oleh suatu kelompok sebagai sesuatu yang sudah biasa dan rutin.

2. Hasrat, yaitu bagaimana para karyawan dapat mengubah pekerjaan2 rutin dan membosankan menjadi menarik dan merangsang minat.

3. Sosialitas, yaitu bentuk yang memperkuat suatu pengertian bersama mengenai kebenaran ataupun norma2 dan penggunaan aturan-aturan dalam organisasi (tata susila dan sopan santun).

4. Politik organisasi, yaitu bentuk yang menciptakan dan memperkuat minat terhadap kekuasaan dan pengaruh.

5. Enkulturisasi, yaitu proses mengajarkan budaya kpd para anggota organisasi.

TEORI-TEORI KOMUNIKASI ORGANISASI

Oleh: Bambang Wibiono, S.I.P

 

Pentingnya Komunikasi dalam Organisasi

Komunikasi merupakan bidang kajian yang menarik untuk dipelajari, karena pengetahuan mengernai prinsip-prinsip dasar dan keahlian komunikasi akan memudahkan setiap orang yang ada dalam suatu organisasi dapat melaksanakan tujuan yang sudah ditetapkan dengan lebih efektif dan efisien.

Pengertian komunikasi organisasi

Menurut Kathleen K Reardon (1987), komunikasi adalah usaha untuk mencapai kesamaan makna ‘commonness’, karena melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap kita dengan partisipan lain dalam organisasi.

Model komunikasi menurut Steward L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam buku Human Communication:
1. Model Komunikasi Linier, yaitu pandangan satu arah (one way view of communication) dimana komunikator memberikan satu stimuli dan komunikan melakukan respons atau tanggapan yg diharapkan tanpa mengadakan seleski dan interpretasi.

2. Komunikasi Interaksional, yaitu komunikasi proses dua arah dimana penerima melakukan seleksi, interpretasi dan memberikan respons terhadap pesan dari pengirim.

3. Komunikasi Transaksional, yaitu pandangan komunikasi yang hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan diantara dua orang atau lebih dimana semua perilaku adalah komunikaitif, tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan.
Dalam tindakan yang nyata, komunikasi organisasi mengenal dua arus komunikasi: 
1.    Arus vertical 
(downward communication), Komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya.
Fungsinya:
a. pemberian.penyampain instruksi kerja
b. penjelasan ttg untuk apa tugas dilaksanakan
c. penyampaian informasi mengenai peraturan yang berlaku.
d. pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
(upward communication), Komunikasi yang berlangsung ketika bawahanmengirim pesan kepada atasannya dimana fungsinya adalah:

a. penyampaian informasi ttg tugas yg sudah dilaksanakan
b. penyampaian informasi ttg persoalan tugas yg tidak dpt diselesaikan
c. penyampaian saran perbaikan dari bawahan
d. penyampaian keluhan dari bawahan ttg dirinya sendiri maupun pekerjaannya.

2. Arus horizontal

Komunikasi yang berlangsung di antara para karyawan/bagian yang berkedudukan setara. Fungsinya:
a. memperbaiki koordinasi tugas
b. upaya pemecahan masalah
c. saling berbagi informasi
d. upaya memecahkan konflik
e. membina hubungan melalui kegiatan bersama.

 
Proses Komunikasi
Proses komunikasi diawali oleh sumber baik individu maupun kelompok yang berusaha berkomunikasi melalui langkah-langkah sbb.:
  1. Ideation: penciptaan suatu gagasan atau pemiihan seperangkat informasi utk dikomunikasikan.
  2. Decoding (penciptaan pesan): sumber menerjemahkan informasi atau gagasan dalam wujud kata-kata, tanda/lambang yg diharapkan mempunyai efek terhadap orang lain. Pesan: adalah alat-alat dimana sumber mengekspresikan gagasannya dalam bentuk bahasa lisan, tertulis ataupun perilaku nonverbal spt bahasa insyarat, ekspresi wajah atau gambar-gambar. 
  3. Encoding (penyampaian pesan yang telah disandi), sumber menyampaikan pesan dg berbicara, menulis, menggambar atau melalui tindakan tertentu dengan menggunakan channel (saluran) yaitu alat untuk menyampaikan pesan (lisan: tatap muka, radio, telepon dan tertulis: televise, kaset, video atau overheadprojector).
  4. Perhatian dialihkan kepada penerima pesan untuk menjadi pendengar, pembaca dan pengamat yang baik terhadap suatu pesan yang diterima. 
  5. Feedback atau umpan balik yang memungkinkan sumber mempertimbangkan kembali pesan yang telah disampaikan kpd penerima.

Fungsi komunikasi organisasi:

1. Informatif
Seluruh anggota dalam suatu organisasi dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.

2. Regulatif
Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh atasan yang berada dalam tataran manajemen dan pesan yang berorientasi pada kerja.

3. Persuasif
Bawahan dipersuasi untuk melakukan pekerjaannya untuk menghasilkan kepedulian yang lebih besar.

4. Integratif
Menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik yaitu saluran formal dan informal.
 

Memahami Komunikasi dalam Organisasi

Gaya komunikasi adalah perilaku komunikasi yang dilakukan seseorang dalam suatu organisasi yang bertujuan untuk mendapatkan respons dari orang lain terhadapa pesan organisasional yang disampaikan. Dalam dataran teoritis kita mengenal enam gaya komunikasi yang bersumber dari Jerry W. Koehler, Karl W.E. Anatol, Ronald L. Applbaum. Gaya komunikasi yang bermakna adanya kesamaan (equalitarian style) adalah gaya yang ideal.

Pengertian kekuasaan adalah kualitas yang melekat ketika dua atau lebih individu melakukan interaksi. Menurut French dan Raven, ada lima tipe kekuasaan:

1.  Reward, memusatkan perhatian pada kemampuan untuk memberi ganjaran atau imbalan atas pekerjaan/tugas yang dilakukan oleh orang lain melalui suatu kejadian atau situasi yang memungkinkan orang lain menemukan kepuasan.

2. Coercive, memusatkan pandangan pada kemampuan untuk memberi hukuman kepada orang lain.

3. Referent, tipe ini didasarkan pada suatu hubungan ‘kesukaan’ atau ‘liking’, yaitu ketika seseorang mengidentifikasi orang lain yang mempunyai kualitas atau persyaratan seperti yang diinginkan.

4. Expert, kekuasaan yang berdasarkan pada keahlian ini memfokuskan pada suatu keyakinan bahwa seseorang yang mempunyai kekuasaan, pastilah ia memiliki pengetahuan, keahlian dan informasi yang lebih banyak dalan suatu persoalan tertentu.

5. Ligitimate power, ketika seseorang melalui suatu persetujuan dan kesepakatan diberi hak untuk mengatur dan menentukan perilaku orang lain dalam suatu organisasi (misal org yang dituakan dan memiliki senioritas dalam organisasi.
 
Yang terpenting untuk diperhatikan tentang kekuasaan adalah bahwa orang-orang yang berada dalam tataran manajemen perlu menyadari untuk sesedikit mungkin menggunakan cara-cara koersif (paksaan) dan pemberian insentif (rangsangan) kepada bawahan, karena dua cara tsb tidak akan efektif.
 
Tindak komunikasi yang dilakukan dalam suatu organisasi tidak selalu memunculkan efek seperti yang dikehendaki. Guna mengurangi efek yang tidak diharapkan tsb maka diperlukan adanya pemahaman mengenai prinsip-prinsip umum berkomunikasi dalam organisasi yang mencakup:
 
1. Mendefinisikan tujuan berkomunikasi
2. Bagaimana memilih audiens yang terbaik
3. Bagaimana menggunakan saluran yang terbaik.

Senin, 17 Desember 2012

TEORI-TEORI KOMUNIKASI INTERPRETATIF DAN KRITIS


Oleh: Bambang Wibiono, S.I.P

Fenomenologi dan Hermeneutika
Hermeneutika menunjuk pada interpretasi tekstual dan masih banyak yang menggunakannya untuk kepentingan tersebut, namun, bagi banyak orang, hermeneutika telah menjadi hampir sama dengan interprestasi itu sendiri. Fenomenologi yang dikemukakan oleh Stanley Deetz, adalah studi mengenai pengetahuan yang muncul dalam pengalaman yang diperoleh secara sadar.
Sedangkan fenomenologi adalah studi mengenai bagaimana manusia mengalami kehidupan di dunia. Studi ini melihat objek dan peristiwa dari perspektif orang yang mengalami. Realitas dalam fenomenologi merupakan bagian dari pengalaman sadar seseorang. Stanley Deetz mengemukaan tiga prinsip fenomenologi:
1. Pengetahuan haruslah sadar,
2. makna diberikan atas dasar potensinya bagi tindakan seseorang,
3. bahasa merupakan perantara bagi munculnya makna.
Hermeneutika awalnya diperkenalkan oleh Friedrich Schleiermacher, namun Edmund Husserl disebut sebagai bapak fenomenologi karena berkarya sepanjang paruh pertama abad 20. Hermeneutika dalam pengertian ini adalah studi mengenai pemahaman (the study of understanding), terutama dengan meninterprestasikan tindakan dan teks. Secara umum, hermeneutika terbagi menjadi tiga kelompok utama:

  1. hermeneutika sebagai alat utk menginterprestasikan tindakan dalam konteks
  2. hermeneutika untuk memahami teks terlepas dari konteks dimana teks tsb diciptakan dan dikonsumsi,
  3. hermeneutika yang mempelajari persoalan2 pemahaman itu sendiri.
Bagian dimana hermeneutika dan fenomenologi sepakat adalah bahwa interprestasi merupakan suatu proses tak terpisahkan dari bahasa. Karena kategori-kategoti linguistik merupakan bagian terpenting dari setiap pemahaman, yang pada gilirannya membentuk realita bagi kita.

Teori-Teori Interpretasi
Teori interprestasi mengasumsikan bahwa makna dapat berarti lebih dari apa yang dijelaskan oleh pelaku. Dengan demikian, interprestasi adalah suatu tindakan kreatif dalam mengungkap kemungkinan-kemungkinan makna. Alfred Schuzt mengemukakan bahwa orang melakukan interprestasi sosial dalam kehidupannya. Ketika orang bertindak dalam kehidupan sehari-harinya, mereka membuat tiga asumsi dasar: 

  1. Mereka berasumsi bahwa realitas dan struktur kehidupan adalah konstan, yaitu bahwa kehidupan akan tetap tampak seperti semula.
  2. Mereka beranggapan bahwa pengalaman mereka terhadap kehidupan adalah valid, sehingga orang menganggap bahwa persepsi mereka terhadap peristiwa adalah akurat.
  3. Orang melihat dirinya sebagai memiliki kekuatan untuk bertindak dan mencapai sesuatu dan mempengaruhi kehidupan.

Paul Ricoeur menggunakan hermeneutika dan fenomenologi untuk menjelaskan teori interprestasi tekstualnya. Ricoeur mengemukakan bahwa percakapan, sebagai produk dari ujaran, dapat dipahami secara linguistik yaitu dengan menganalisis kata, atau secara personal yaitu dengan menemukan makna dari pembicara itu sendiri atas apa yang dikatakannya. Karena kata memiliki banyak makna (polysemy), maka percakapan menuntut interprestasi.
Sementara itu, prinsip utama teori Gadamer adalah bahwa orang selalu memahami pengalaman dari perpektif praduga. Tradisi memberi kita cara untuk memahami sesuatu, dan kita tidak dapat memisahkan diri dari tradisi tersebut. Pengamatan, penalaran, dan pemahaman tidak akan pernah objektif murni; semuanya akan diwarnai oleh sejarah dan komunitas. Lebih lanjut, sejarah tidak boleh dipisahkan dari keadaan saat ini. Kita selalu merupakan bagian yang simultan dari masa lalu, masa kini, dan antisipasi masa mendatang. Dengan kata lain, masa lalu berada dalam diri kita sekarang di masa kini dan mempengaruhi konsepsi kita terhadap masa mendatang. Pada saat yang sama, perhatian kita pada realitas masa kini mempengaruhi bagaimana pandangan kita terhadap masa lalu. Kita tidak dapat eksis di luar suatu tradisi historis.

Teori-Teori Feminis dan “Muted Group”
Teori Feminis dimulai dengan asumsi bahwa gender adalah kategori yang luas untuk memahami pengalaman manusia. Gender adalah suatu konstruksi sosial yang--meskipun perlu--telah didominasi oleh laki-laki dan menindas perempuan. Teori ini ditujukan untuk menantang asumsi-asumsi gender yang berlaku luas dalam masyarakat dan untuk mencapai cara-cara yang membebaskan perempuan dan laki-laki untuk eksis di dunia.
Ardener melalui “muted group theory” melanjutkan perspektif feminis dengan mengemukakan bahwa bahasa dari suatu budaya memiliki bias laki-laki yang melekat di dalamnya, yaitu bahwa laki-laki menciptakan makna bagi suatu kelompok, dan bahwa suara perempuan ditindas atau dibungkam. Perempuan yang dibungkam ini, dalam pengamatan Ardener, membawa kepada ketidakmampuan perempuan untuk dengan lantang mengekspresikan dirinya dalam dunia yang didominasi laki-laki.

Teori-Teori Komunikasi Kritis
Teoritas kritis menganggap bahwa pengalaman manusia tidak terpisahkan dari percakapan dan teks yang tertanam di dalamnya. Pengalaman itu sendiri adalah bahasa. Bahasa dari budaya kita menentukan pengalaman kita dan menciptakan suatu biasa atau cara untuk memahami. Teks memang berbicara kepada kita, tetapi kita selalu membaca teks dari sudut pandang lingkungan historis di mana kita hidup dan berpikir.
Seringkali lingkungan tersebut terdiri dari kekuatan-kekuatan yang menghancurkan dan menindas manusia. Bentuk-bentuk bahasa yang dominan dan media komunikasi dapat mencegah kelompok tertentu dari partisipasi dalam struktur-struktur kendali masyarakat. Dalam masa kita sekarang ini, beberapa orang beranggapan, penindasan ini dapat dilihat dalam struktur ekonomi, media komunikasi, dan hubungan gender.

REALITAS SOSIAL, BUDAYA DAN KOMUNIKASI


Oleh: Bambang Wibiono, S.I.P


Komunikasi dan Konstruksi Sosial Realita
Realitas adalah suatu konstruksi sosial. Budaya memiliki ukuran yang tegas mengenai apa artinya sebagai seseorang dan individu menggolongkan dirinya sebagai seseorang sesuai dengan teori-teori diri yang dibentuk secara sosial.
Realitas suatu budaya dicerminkan dalam bentuk ujaran yang dihasilkan oleh para anggota budaya tsb. Penjelasan yang diberikan oleh para anggota budaya atas perilaku mereka menjadi sangat penting dalam mengekspresikan dan menghasilkan kembali realitas kelompok.
Di antara berbagai aspek terpenting dari kehidupan sosial adalah definisi mengenai diri (self) yang terkait dengan orang lain. Dua teori yang menekankan pada peranan komunikasi dalam definisi diri adalah: eksistensi sosial dan personal, dan pertanggunjawaban sosial (social accountability).
Pendekatan “Rules” dalam Studi Komunikasi
Realitas sosial lebih sebagai suatu hal yang berkaitan dengan aturan-aturan yang merupakan pemandu untuk memahami peristiwa dan menanggapinya. Orang berbicara dan bertindak untuk mencapai tujuan dan pencapaian diri dipandu oleh aturan-aturan yang ada dalam masyarakat. Meskipun demikian, situasi sosial acapkali bersifat kompleks, dan mungkin terdapat banyak makna dan tindakan yang dpt diasosiasikan dengan suatu peristiwa. Oleh karenanya, salah satu persoalan penting komunikasi adalah untuk menjalin atau mengkoordinasikan aturan2 dengan individu2 lainnya dalam berbagai situasi.
Susan Shimanoff menjelaskan pentingnya symbolic interaction yang menunjukkan arti penting dari interaksi dan makna dalam kehidupan manusia, dan rules theory yang memberikan bentuk dan subtansi pada hubungan interaksi makna ini.
Beberapa pendekatan RULES:

  • Rule following, yang dipandang sbg pengatur perilaku.
  • Rule governed, yang dipandang sebagai apa yang seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan utk mencapai suatu tujuan dalam situasi tertentu.
  • Rule using, yang mirip dengan rule governed, hanya saja situasi sosial yg dihadapi lebih kompleks.
Teori dibalik pendekatan RULES: 

  1. Filsafat Bahasa Sehari-hari (ordinary language philosphy), dicetuskan oleh filsuf Jerman Ludwig Wittgenstein yang mengajarkan bahwa makna dari bahasa tergantung pada konteks penggunaannya, dan satu kata yang berdiri sendiri jarang memiliki makna.
  2. Teori Tindak Ujaran (speech acts), dikembangkan oleh John Searle. Tindak ujaran merupakan satuan terkecil dari bahasa untuk mengekspresikan makna, suatu perkataan yang mengekspresikan suatu tujuan dimana bentuknya terbagi menjadi empat, yaitu:

    •       Pengucapan yang merupakan pengucapan kata-kata termasuk intonasinya
    •       Proposisi yang mengacu pada gaya bicara 
    •    Illocutionary act (assertives, directives, commissives, expressive dan declaration) yang ditujukan untuk memenuhi tujuan dengan menggunakan tidak ujaran untuk mengundang atau membangkitkan tanggapan.
    •    Perlocutionary act yang ditujukan utk menghasilkan efek atau konsekuensi pada perilaku orang lain.

Beberapa Teori “Rules” dalam Studi Komunikasi
Teori rule-governing dari Shimanoff mengasumsikan bahwa setiap fenomena komunikasi dipandu oleh aturan-aturan yang bekerja di dalamnya. Suatu aturan adalah ketentuan yang dapat diikuti/ditaati yang memberikan indikasi mengenai perilaku mana yang diwajibkan, lebih disukai atau dilarang dalam konteks tertentu. Orang biasanya akan memiliki sejumlah pilihan. Dengan adanya suatu tujuan, konteks, dan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mencapai tujuan, orang akan menganggap bahwa tindakan-tindakan tertentu lebih dapat diterima atau lebih efektif dalam suatu konteks daripada tindakan lainnya.
Teori kontingensi menjelaskan bahwa aturan bersifat kontigensi, atau konteks-spesifik, yaitu tergantung pada situasi dimana komunikasi berlangsung. Aturan dipelajari melalui interaksi dalam kelompok sosial. Seiring dengan waktu, orang mengedepankan (internalize) sebagian dari aturan tersebut dan menggunakannya sebagai panduan dalam bertindak.
Persoalan mendasar dalam komunikasi adalah ketika seseorang hendak berinteraksi, orang tersebut tidak akan pernah tahu secara persis aturan-aturan apa yang akan dipakai oleh pasangan interaksinya. Oleh karenanya, tugas utama dalam setiap komunikasi adalah untuk mencapai dan kemudian mempertahankan beberapa bentuk koordinasi. 

Koordinasi adalah menjalin tindakan seseorang dengan seseorang lainnya sampai pada suatu titik perasaan dimana suatu rangkaian tindakan dianggap logis. Orang-orang akan berkomunikasi dalam suatu pertukaran kebutuhan/keinginan/tujuan, tidak sama dalam menginterpretasikan peristiwa tersebut, tetapi masing-masing harus merasa, dari sistem aturan yang ada dalam dirinya, bahwa apa yang terjadi adalah masuk akal. Ini adalah esensi dari koordinasi yang dijelaskan melalui teori CMM (Coordinate Management Meaning) yang dikembangkan oleh W. Barnett Pearce dan Cernon Cronen.

Teori-teori Komunikasi tentang Bahasa dan Budaya
Budaya ditentukan oleh pengungkapan makna melalui bahasa. Bahasa yang terus berkembang melalui interaksi dalam suatu budaya memiliki: kekuatan yang besar terhadap realitas dari budaya tersebut. Selanjutnya budaya kaya akan bentuk-bentuk ujaran yang terdiri dari idealisme, cara-cara, dan jenis-jenis ujaran yang digunakan di dalam budaya tersebut. Bentuk-bentuk ujran ini mencerminkan dan mereproduksi realitas dari budaya tersebut. Secara umum, studi mengenai hubungan antara bahsa dan budaya disebut sociolinguistic.
Sociolinguistic adalah suatu pengertian yang sangat luas dan mencakup setiap studi tentang bahasa yang menggunakan data sosial atau sebaliknya, yaitu setiap studi mengenai kehidupan sosial yang menggunakan bahasa sebagai salah satu data.
Dua kontribusi teoretis terhadap bahasa dan budaya:
1. Relativitas linguistic.
Hipotesis Sapir-Whorf, yg dikenal sbg teori relativitas bahasa merupaka karya Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf. Whorf terkenal dengan analisisnya terhadap HOPI. Hipotesis Whorf menyatakan bahwa “struktur bahasa suatu budaya menentukan perilaku dan pola pikir dalam budaya tersebut". Sapir mengungkapkan “manusia tdk hidup sendiri dalam dunia objektif, tidak pula hidup sendiri dalam dunia aktivitas sosial, tetapi berkat bahasa tertentu yang telah menjadi medium ekspresi bagi masyarakatnya.”
Pada bahasa-bahasa yang termasuk standard average European (SAE), termasuk dalam bahasa Inggris, waktu dipandang sebagi suatu garis (past, present, future), HOPI memiliki konsepsi yang lebih kompleks.
2. Etnografi komunikasi
Etnografi adalah semacam studi budaya dimana pengamat dari luar budaya tersebut berusaha untuk mengartikan perilaku kelompok yang dipelajari.