Oleh: Bambang Wibiono, S.I.P
Komunikasi dan Konstruksi Sosial
Realita
Realitas adalah suatu konstruksi sosial. Budaya memiliki
ukuran yang tegas mengenai apa artinya sebagai seseorang dan individu
menggolongkan dirinya sebagai seseorang sesuai dengan teori-teori diri yang
dibentuk secara sosial.
Realitas suatu budaya dicerminkan dalam bentuk ujaran
yang dihasilkan oleh para anggota budaya tsb. Penjelasan yang diberikan oleh
para anggota budaya atas perilaku mereka menjadi sangat penting dalam
mengekspresikan dan menghasilkan kembali realitas kelompok.
Di antara berbagai aspek terpenting dari kehidupan sosial
adalah definisi mengenai diri (self) yang terkait dengan orang lain. Dua teori
yang menekankan pada peranan komunikasi dalam definisi diri adalah: eksistensi
sosial dan personal, dan pertanggunjawaban sosial (social accountability).
Pendekatan “Rules” dalam Studi
Komunikasi
Realitas sosial lebih sebagai suatu hal yang berkaitan
dengan aturan-aturan yang merupakan pemandu untuk memahami peristiwa dan
menanggapinya. Orang berbicara dan bertindak untuk mencapai tujuan dan
pencapaian diri dipandu oleh aturan-aturan yang ada dalam masyarakat. Meskipun
demikian, situasi sosial acapkali bersifat kompleks, dan mungkin terdapat
banyak makna dan tindakan yang dpt diasosiasikan dengan suatu peristiwa. Oleh
karenanya, salah satu persoalan penting komunikasi adalah untuk menjalin atau
mengkoordinasikan aturan2 dengan individu2 lainnya dalam berbagai situasi.
Susan Shimanoff menjelaskan pentingnya symbolic
interaction yang menunjukkan arti penting dari interaksi dan makna dalam
kehidupan manusia, dan rules theory yang memberikan bentuk dan subtansi
pada hubungan interaksi makna ini.
Beberapa pendekatan RULES:
- Rule following, yang dipandang sbg pengatur perilaku.
- Rule governed, yang dipandang sebagai apa yang seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan utk mencapai suatu tujuan dalam situasi tertentu.
- Rule using, yang mirip dengan rule governed, hanya saja situasi sosial yg dihadapi lebih kompleks.
Teori dibalik pendekatan RULES:
- Filsafat Bahasa Sehari-hari (ordinary language philosphy), dicetuskan oleh filsuf Jerman Ludwig Wittgenstein yang mengajarkan bahwa makna dari bahasa tergantung pada konteks penggunaannya, dan satu kata yang berdiri sendiri jarang memiliki makna.
- Teori Tindak Ujaran (speech acts), dikembangkan oleh John Searle. Tindak ujaran merupakan satuan terkecil dari bahasa untuk mengekspresikan makna, suatu perkataan yang mengekspresikan suatu tujuan dimana bentuknya terbagi menjadi empat, yaitu:
- Pengucapan yang merupakan pengucapan kata-kata termasuk intonasinya
- Proposisi yang mengacu pada gaya bicara
- Illocutionary act (assertives, directives, commissives, expressive dan declaration) yang ditujukan untuk memenuhi tujuan dengan menggunakan tidak ujaran untuk mengundang atau membangkitkan tanggapan.
- Perlocutionary act yang ditujukan utk menghasilkan efek atau konsekuensi pada perilaku orang lain.
Beberapa Teori “Rules” dalam Studi
Komunikasi
Teori rule-governing dari Shimanoff mengasumsikan
bahwa setiap fenomena komunikasi dipandu oleh aturan-aturan yang bekerja
di dalamnya. Suatu aturan adalah ketentuan yang dapat diikuti/ditaati yang
memberikan indikasi mengenai perilaku mana yang diwajibkan, lebih disukai atau
dilarang dalam konteks tertentu. Orang biasanya akan memiliki sejumlah pilihan.
Dengan adanya suatu tujuan, konteks, dan seperangkat tindakan yang dirancang
untuk mencapai tujuan, orang akan menganggap bahwa tindakan-tindakan tertentu lebih dapat
diterima atau lebih efektif dalam suatu konteks daripada tindakan lainnya.
Teori kontingensi menjelaskan bahwa aturan bersifat
kontigensi, atau konteks-spesifik, yaitu tergantung pada situasi dimana
komunikasi berlangsung. Aturan dipelajari melalui interaksi dalam kelompok
sosial. Seiring dengan waktu, orang mengedepankan (internalize) sebagian dari
aturan tersebut dan menggunakannya sebagai panduan dalam bertindak.
Persoalan mendasar dalam komunikasi adalah ketika
seseorang hendak berinteraksi, orang tersebut tidak akan pernah tahu secara persis
aturan-aturan apa yang akan dipakai oleh pasangan interaksinya. Oleh karenanya,
tugas utama dalam setiap komunikasi adalah untuk mencapai dan kemudian
mempertahankan beberapa bentuk koordinasi.
Koordinasi adalah menjalin tindakan seseorang dengan seseorang lainnya sampai pada suatu titik perasaan dimana suatu rangkaian tindakan dianggap logis. Orang-orang akan berkomunikasi dalam suatu pertukaran kebutuhan/keinginan/tujuan, tidak sama dalam menginterpretasikan peristiwa tersebut, tetapi masing-masing harus merasa, dari sistem aturan yang ada dalam dirinya, bahwa apa yang terjadi adalah masuk akal. Ini adalah esensi dari koordinasi yang dijelaskan melalui teori CMM (Coordinate Management Meaning) yang dikembangkan oleh W. Barnett Pearce dan Cernon Cronen.
Koordinasi adalah menjalin tindakan seseorang dengan seseorang lainnya sampai pada suatu titik perasaan dimana suatu rangkaian tindakan dianggap logis. Orang-orang akan berkomunikasi dalam suatu pertukaran kebutuhan/keinginan/tujuan, tidak sama dalam menginterpretasikan peristiwa tersebut, tetapi masing-masing harus merasa, dari sistem aturan yang ada dalam dirinya, bahwa apa yang terjadi adalah masuk akal. Ini adalah esensi dari koordinasi yang dijelaskan melalui teori CMM (Coordinate Management Meaning) yang dikembangkan oleh W. Barnett Pearce dan Cernon Cronen.
Teori-teori Komunikasi tentang Bahasa
dan Budaya
Budaya ditentukan oleh pengungkapan makna melalui bahasa.
Bahasa yang terus berkembang melalui interaksi dalam suatu budaya memiliki:
kekuatan yang besar terhadap realitas dari budaya tersebut. Selanjutnya budaya kaya
akan bentuk-bentuk ujaran yang terdiri dari idealisme, cara-cara, dan jenis-jenis
ujaran yang digunakan di dalam budaya tersebut. Bentuk-bentuk ujran ini mencerminkan dan
mereproduksi realitas dari budaya tersebut. Secara umum, studi mengenai hubungan
antara bahsa dan budaya disebut sociolinguistic.
Sociolinguistic adalah suatu pengertian yang sangat
luas dan mencakup setiap studi tentang bahasa yang menggunakan data sosial atau
sebaliknya, yaitu setiap studi mengenai kehidupan sosial yang menggunakan
bahasa sebagai salah satu data.
Dua kontribusi teoretis terhadap bahasa dan budaya:
1. Relativitas linguistic.
Hipotesis Sapir-Whorf, yg dikenal sbg teori relativitas
bahasa merupaka karya Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf. Whorf terkenal
dengan analisisnya terhadap HOPI. Hipotesis Whorf menyatakan bahwa “struktur
bahasa suatu budaya menentukan perilaku dan pola pikir dalam budaya tersebut". Sapir
mengungkapkan “manusia tdk hidup sendiri dalam dunia objektif, tidak pula hidup
sendiri dalam dunia aktivitas sosial, tetapi berkat bahasa tertentu yang telah menjadi
medium ekspresi bagi masyarakatnya.”
Pada bahasa-bahasa yang termasuk standard average European
(SAE), termasuk dalam bahasa Inggris, waktu dipandang sebagi suatu garis (past,
present, future), HOPI memiliki konsepsi yang lebih kompleks.
2. Etnografi komunikasi
Etnografi adalah semacam studi budaya dimana pengamat
dari luar budaya tersebut berusaha untuk mengartikan perilaku kelompok yang
dipelajari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar