Assalamu'alaikum,,, Salam Hormat

Terima kasih atas kunjungan anda ke blog saya. Semoga bermanfaat. Semua tulisan ini hasil saya pribadi, atau diambil dari tulisan lain yang tercantum pada rujukannya. Bila mengutip baik secara langsung maupun tidak, sebagian atau keseluruhan, diharapkan Mencantumkan sumber tulisan dan penulisnya pada daftar pustaka/catatan kaki sebagai bahan rujukannya.
atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih

Senin, 17 Desember 2012

REALITAS SOSIAL, BUDAYA DAN KOMUNIKASI


Oleh: Bambang Wibiono, S.I.P


Komunikasi dan Konstruksi Sosial Realita
Realitas adalah suatu konstruksi sosial. Budaya memiliki ukuran yang tegas mengenai apa artinya sebagai seseorang dan individu menggolongkan dirinya sebagai seseorang sesuai dengan teori-teori diri yang dibentuk secara sosial.
Realitas suatu budaya dicerminkan dalam bentuk ujaran yang dihasilkan oleh para anggota budaya tsb. Penjelasan yang diberikan oleh para anggota budaya atas perilaku mereka menjadi sangat penting dalam mengekspresikan dan menghasilkan kembali realitas kelompok.
Di antara berbagai aspek terpenting dari kehidupan sosial adalah definisi mengenai diri (self) yang terkait dengan orang lain. Dua teori yang menekankan pada peranan komunikasi dalam definisi diri adalah: eksistensi sosial dan personal, dan pertanggunjawaban sosial (social accountability).
Pendekatan “Rules” dalam Studi Komunikasi
Realitas sosial lebih sebagai suatu hal yang berkaitan dengan aturan-aturan yang merupakan pemandu untuk memahami peristiwa dan menanggapinya. Orang berbicara dan bertindak untuk mencapai tujuan dan pencapaian diri dipandu oleh aturan-aturan yang ada dalam masyarakat. Meskipun demikian, situasi sosial acapkali bersifat kompleks, dan mungkin terdapat banyak makna dan tindakan yang dpt diasosiasikan dengan suatu peristiwa. Oleh karenanya, salah satu persoalan penting komunikasi adalah untuk menjalin atau mengkoordinasikan aturan2 dengan individu2 lainnya dalam berbagai situasi.
Susan Shimanoff menjelaskan pentingnya symbolic interaction yang menunjukkan arti penting dari interaksi dan makna dalam kehidupan manusia, dan rules theory yang memberikan bentuk dan subtansi pada hubungan interaksi makna ini.
Beberapa pendekatan RULES:

  • Rule following, yang dipandang sbg pengatur perilaku.
  • Rule governed, yang dipandang sebagai apa yang seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan utk mencapai suatu tujuan dalam situasi tertentu.
  • Rule using, yang mirip dengan rule governed, hanya saja situasi sosial yg dihadapi lebih kompleks.
Teori dibalik pendekatan RULES: 

  1. Filsafat Bahasa Sehari-hari (ordinary language philosphy), dicetuskan oleh filsuf Jerman Ludwig Wittgenstein yang mengajarkan bahwa makna dari bahasa tergantung pada konteks penggunaannya, dan satu kata yang berdiri sendiri jarang memiliki makna.
  2. Teori Tindak Ujaran (speech acts), dikembangkan oleh John Searle. Tindak ujaran merupakan satuan terkecil dari bahasa untuk mengekspresikan makna, suatu perkataan yang mengekspresikan suatu tujuan dimana bentuknya terbagi menjadi empat, yaitu:

    •       Pengucapan yang merupakan pengucapan kata-kata termasuk intonasinya
    •       Proposisi yang mengacu pada gaya bicara 
    •    Illocutionary act (assertives, directives, commissives, expressive dan declaration) yang ditujukan untuk memenuhi tujuan dengan menggunakan tidak ujaran untuk mengundang atau membangkitkan tanggapan.
    •    Perlocutionary act yang ditujukan utk menghasilkan efek atau konsekuensi pada perilaku orang lain.

Beberapa Teori “Rules” dalam Studi Komunikasi
Teori rule-governing dari Shimanoff mengasumsikan bahwa setiap fenomena komunikasi dipandu oleh aturan-aturan yang bekerja di dalamnya. Suatu aturan adalah ketentuan yang dapat diikuti/ditaati yang memberikan indikasi mengenai perilaku mana yang diwajibkan, lebih disukai atau dilarang dalam konteks tertentu. Orang biasanya akan memiliki sejumlah pilihan. Dengan adanya suatu tujuan, konteks, dan seperangkat tindakan yang dirancang untuk mencapai tujuan, orang akan menganggap bahwa tindakan-tindakan tertentu lebih dapat diterima atau lebih efektif dalam suatu konteks daripada tindakan lainnya.
Teori kontingensi menjelaskan bahwa aturan bersifat kontigensi, atau konteks-spesifik, yaitu tergantung pada situasi dimana komunikasi berlangsung. Aturan dipelajari melalui interaksi dalam kelompok sosial. Seiring dengan waktu, orang mengedepankan (internalize) sebagian dari aturan tersebut dan menggunakannya sebagai panduan dalam bertindak.
Persoalan mendasar dalam komunikasi adalah ketika seseorang hendak berinteraksi, orang tersebut tidak akan pernah tahu secara persis aturan-aturan apa yang akan dipakai oleh pasangan interaksinya. Oleh karenanya, tugas utama dalam setiap komunikasi adalah untuk mencapai dan kemudian mempertahankan beberapa bentuk koordinasi. 

Koordinasi adalah menjalin tindakan seseorang dengan seseorang lainnya sampai pada suatu titik perasaan dimana suatu rangkaian tindakan dianggap logis. Orang-orang akan berkomunikasi dalam suatu pertukaran kebutuhan/keinginan/tujuan, tidak sama dalam menginterpretasikan peristiwa tersebut, tetapi masing-masing harus merasa, dari sistem aturan yang ada dalam dirinya, bahwa apa yang terjadi adalah masuk akal. Ini adalah esensi dari koordinasi yang dijelaskan melalui teori CMM (Coordinate Management Meaning) yang dikembangkan oleh W. Barnett Pearce dan Cernon Cronen.

Teori-teori Komunikasi tentang Bahasa dan Budaya
Budaya ditentukan oleh pengungkapan makna melalui bahasa. Bahasa yang terus berkembang melalui interaksi dalam suatu budaya memiliki: kekuatan yang besar terhadap realitas dari budaya tersebut. Selanjutnya budaya kaya akan bentuk-bentuk ujaran yang terdiri dari idealisme, cara-cara, dan jenis-jenis ujaran yang digunakan di dalam budaya tersebut. Bentuk-bentuk ujran ini mencerminkan dan mereproduksi realitas dari budaya tersebut. Secara umum, studi mengenai hubungan antara bahsa dan budaya disebut sociolinguistic.
Sociolinguistic adalah suatu pengertian yang sangat luas dan mencakup setiap studi tentang bahasa yang menggunakan data sosial atau sebaliknya, yaitu setiap studi mengenai kehidupan sosial yang menggunakan bahasa sebagai salah satu data.
Dua kontribusi teoretis terhadap bahasa dan budaya:
1. Relativitas linguistic.
Hipotesis Sapir-Whorf, yg dikenal sbg teori relativitas bahasa merupaka karya Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf. Whorf terkenal dengan analisisnya terhadap HOPI. Hipotesis Whorf menyatakan bahwa “struktur bahasa suatu budaya menentukan perilaku dan pola pikir dalam budaya tersebut". Sapir mengungkapkan “manusia tdk hidup sendiri dalam dunia objektif, tidak pula hidup sendiri dalam dunia aktivitas sosial, tetapi berkat bahasa tertentu yang telah menjadi medium ekspresi bagi masyarakatnya.”
Pada bahasa-bahasa yang termasuk standard average European (SAE), termasuk dalam bahasa Inggris, waktu dipandang sebagi suatu garis (past, present, future), HOPI memiliki konsepsi yang lebih kompleks.
2. Etnografi komunikasi
Etnografi adalah semacam studi budaya dimana pengamat dari luar budaya tersebut berusaha untuk mengartikan perilaku kelompok yang dipelajari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar