Assalamu'alaikum,,, Salam Hormat

Terima kasih atas kunjungan anda ke blog saya. Semoga bermanfaat. Semua tulisan ini hasil saya pribadi, atau diambil dari tulisan lain yang tercantum pada rujukannya. Bila mengutip baik secara langsung maupun tidak, sebagian atau keseluruhan, diharapkan Mencantumkan sumber tulisan dan penulisnya pada daftar pustaka/catatan kaki sebagai bahan rujukannya.
atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih

Jumat, 13 Desember 2013

Teknik Analisis dan Interpretasi Data Pada Penelitian Kualitatif (1)





Berikut ini ada beberapa teknik atau langkah-langkah dalam menganalisis data kualitatif. Terkadang peneliti melupakan langkah-langkah sistematis berupa teknis penyusunan analisis. Peneliti seringkali lebih asik pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi atau pengamatan, dan pengumpulan dokumen-dokumen. Terlalu banyaknya data, terkadang peneliti akan bingung memiliah data yang diperlukan. Untuk itu ada beberapa teknik analisis data kualitatif menurut beberapa ahli metodologi.

1.   Robert C. Bogdan & Sari Knopp Biklen (2007) ‘Coding’

Analisis data kualitatif adalah proses secara sistematis mencari dan mengolah berbagai data yang bersumber dari wawancara, pengamatan lapangan, dan kajian dokumen (pustaka) untuk menghasilkan suatu laporan temuan penelitian. Sedangkan interpretasi data merujuk pada pengembangan ide-ide atas hasil penemuan untuk kemudian direlasikan dengan kajian teoretik (teori yang telah ada) untuk menghasilkan konsep-konsep atau teori-teori substansif yang baru dalam rangka memperkaya khazanah ilmu.
Berikut ini merupakan beberapa saran dalam penganalisisan dan interpretasi data menurut Bogdan dan Biklen.

  1. Pastikan ranah penelitian yang dipilih dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan peneliti. Hal ini meliputi pemilihan topik yang sesuai minat, kebermanfaatan hasil penelitian, subjek serta latar penelitian yang jelas dan dapat digapai.
  2. Tentukan metode penelitian yang sesuai dengan topik yang dipilih.
  3. Bangun pertanyaan analitik. Terdapat dua macam pertanyaan, yakni pertanyaan teoretikal substantif (substantive theoretical questions) (fokus pada subjek dan latar khusus penelitian yang tengah dilakukan) dan pertanyaan teoretikal formal (formal theoretical questions) (tidak berfokus pada subjek dan latar khusus penelitian yang tengah dilakukan, namun bersifat lebih umum).
  4. Rencanakan sesi pengumpulan data dengan cermat.
  5. Tulis sebanyak mungkin komentar informan atas ide yang peneliti hasilkan berdasarkan temuan penelitian.
  6. Catat segala hal yang berhubungan dengan ranah penelitian sebagai hal-hal yang dapat dipelajari lebih lanjut untuk perkembangan topik penelitian baik aspek teori, metode maupun isu substantif.
  7. Nilai seberapa akurat dan objektif data yang diambil dari para informan.
  8. Mulai bereksplor pada kajian literatur ketika peneliti berada di lapangan.
  9. Bermain dengan metafora, analogi dan konsep.
  10. Gunakan alat-alat visual seperti grafik dan chart misalnya tabel, matrik dan diagram.

Tahap selanjutnya setelah hal-hal yang disebutkan di atas adalah analisis dan interpretasi setelah pengumpulan data. Bogdan dan Biklen menyebutnya dengan aktivitas ’membangun kategori data’ (developing coding categories).
1.  Setting/context codes. Kode yang berisi informasi-informasi yang masih umum tentang latar, topik dan subjek penelitian.
2. Definition of the situation codes. Penempatan unit-unit data yang dapat menunjukkan bagaimana subjek menggambarkan latar dan topik penelitian.
3.    Perspectives held by subjects. Kode yang dibentuk berdasarkan alur berpikir subjek terhadap latar dan topik penelitian.
4. Subjects’ ways of thinking about people and objects. Kode yang dibentuk berdasarkan pemahaman subjek terhadap subjek lainnya, subjek terhadap orang luar, dan subjek terhadap objek yang dapat membangun dunia mereka.
5.    Process codes. Kata atau frasa yang memfasilitasi pengkategorian urutan kejadian, perubahan dari waktu ke waktu.
6. Activity codes. Kode yang berisi berbagai catatan perilaku dan tindakan yang konstan terjadi.
7.   Event codes. Kode yang berisi catatan aktivitas khusus yang terjadi pada latar atau kehidupan subjek penelitian.
8. Stategy codes. Kode yang berisi berbagai strategi yang merujuk pada taktik, metode, manuver, dan sejenisnya yang digunakan oleh subjek.
9. Relationship and social structure codes. Pola-pola perilaku subjek yang tidak ditunjukkan di muka umum yang bersifat ‘hubungan’ (persahabatan, permusuhan, percintaan).
10. Narrative codes. Berisi struktur dan isi pembicaraan yang dikemas menurut versi subjek sendiri yang juga menggambarkan nilai dan kepercayaan sujek.
11. Methods codes. Kode yang berisi prosedur penelitian, masalah-masalah serta suka-dukanya.

Setelah analisis data dilakukan melalui pengkodean, selanjutnya adalah interpretasi data. Dalam hal ini Bogdan dan Biklen menawarkan beberapa saran, antara lain:
1. Mengulas hasil analisis data. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan misalnya apa asumsi dasar interaksi simbolik?, bagaimana temuan data dikorelasikan dengan premis yang telah dirumuskan? apakah cara berfikir peneliti merefleksikan ide-ide tersebut? Atau peneliti mencoba menggunakan kerangka teoretik yang lain? Kerangka apa yang digunakan?
2.     Membaca hasil penelitian serupa. Mempelajari bagaimana peneliti lain menggagas konsep, ide dan teorinya, membingkai data-data mereka, apakah perbedaan dan persamaan data yang dihimpun, apa yang terlewat dari temuan penelitian maupun analisis data?
3.      Berusaha evaluatif terhadap subjek dan situasi penelitian .
4.    Mengajukan beberapa pertanyaan dasar, seperti: apa implikasi temuan penelitian bagi kehidupan sehari-hari peneliti? Bagi orang lain?
5.  Berspekulasi terhadap asumsi yang dimiliki oleh subjek, berstrategi bagaimana menginterpretasi temuan.
6. Kemukakan cerita yang mungkin ada untuk menghasilkan pemahaman yang maksimal atas penelitian yang dilakukan.
7.    Buatlah laporan penelitian sejelas mungkin.

2. Barney G. Glaser dan Anselm L. Strauss (1990), ‘Constant Comparative Method’

Penyusunan teori yang berasal dari data dapat dilakukan melalui analisis komparatif seperti yang dikemukakan oleh Glaser dan Strauss, meskipun pada awalnya metode ini dikenalkan oleh Weber, Durkheim dan Mannheim. Terdapat empat tahap dalam metode komparatif konstan, yakni 1) membandingkan kejadian yang aplikatif terhadap setiap kategori, 2) mengintegrasi kategori beserta kawasannya, 3) memutuskan batasan teori, dan 4) menulis teori.
Ada beberapa saran yang dapat dilakukan jika menggunakan metode ini untuk menganalisis data penelitian.
1. Mengkaji seluruh data yang terhimpun dengan melihat sumber data yakni wawancara, pengamatan dan dokumen.
2. Menelaah semua indikator dari kategori-kategori yang sedang diamati dalam dokumen dan memberinya kode.
3.   Membandingkan kode-kode yang sejenis untuk melihat persamaan dan perbedaan yang muncul antar data yang berkode sama.
4.   Kesamaan yang muncul antar kode merupakan bentuk keteraturan yang nantinya dapat diklasifikasikan ke dalam sebuah kategori.
5.   Perbedaan yang ada merupakan indikasi bahwa data tersebut terkelompokkan ke dalam kategori yang berbeda.
6.   Proses pengkategorian data selesai bila semua data sudah diberi kode dan semua kode sudah dikelompokan ke dalam kategori.
7.   Proses analisis data berakhir bila telah ditentukan kategori-kategori tertentu yang merupakan kategori penting (esensial) sedangkan kategori yang lain sebagai kategori penunjang dan menyimpulkan hubungan dari semua ketegori yang ada.



3. Anselm L. Strauss dan Juliet Corbin (1990), ‘Grounded Theory’

Berikut adalah proses analisis data menurut Strauss dan Corbin yang terdiri dari tiga tahap yakni open coding, axial coding dan selective coding yang menghasilkan matriks kondisional, kemudian diakhiri dengan penyusunan teori substantif berdasarkan matriks yang telah disusun dan temuan penelitian.

1. Open Coding
Pada proses open coding (pengkodean terbuka), peneliti membentuk kategori awal dari informasi tentang fenomena yang dikaji dengan pemisahan informasi menjadi beberapa kategori (segmen). Di dalam setiap segmen, peneliti berupaya menemukan subsegmen (propertics) dan mencari data untuk membuat dimensi atau memperlihatkan kemungkinan ekstrim pada kontinum subsegmen tersebut.

2. Axial Coding
Dalam axial coding (pengkodean poros), peneliti menyusun data dengan cara baru setelah open coding. Rangkaian data ini disajikan dengan menggunakan paradigma pengkodean atau diagram logika melalui beberapa langkah yakni mengidentifikasi fenomena sentral, menjajaki kondisi kausal (kategori yang memengaruhi fenomena), menspesifikasi strategi-strategi (tindakan atau interaksi yang dihasilkan fenomena sentral), mengidentifikasi konteks dan kondisi yang menengahinya (luas dan sempitnya kondisi yang memengaruhi strategi), dan menggambarkan konsekuensi (hasil strategi).

3. Selective Coding
Pada proses selective coding (pengkodean terpilih), peneliti mengidentifikasi ‘alur cerita’ kemudian mencatatkannya berdasarkan pengintegrasian kategori-kategori yang telah dilakukan pada axial coding. Dalam fase ini proposisi bersyarat (conditional proposition) atau hipotesis dapat dibangun.

4. Pengembangan dan penggambaran secara visual matrik kondisional yang menjelaskan kondisi-kondisi yang memengaruhi fenomena sentral.

Hasil pengumpulan dan analisis data adalah pembentukan teori substantif atas ranah atau bidang yang diteliti. Sampai pada tahap inilah yang disebut sebagai (metode penelitian) grounded theory meskipun kemudian dapat saja dilakukan uji empiris karena variabel atau kategori yang berhasil dihimpun dari data di lapangan memungkinkan untuk dilakukan hal yang demikian. Namun, Creswell mengatakan bahwa penurunan (grounded) suatu teori merupakan studi yang terlegitimasi.

1 komentar:

sammaelguardian mengatakan...

Blognya bagus dan begitu sangat membantu, Hanya saja masukan saya agar blog ini semakin menarik lebih baik dilengkapi dengan gambar dan sumber,...

Posting Komentar