Oleh: Bambang Wibiono, S.I.P
Berkembangnya zaman saat ini menyebabkan berubahnya fungsi,
kedudukan dan kekuasaan Keraton Kasepuhan. Dinamika kekuasaan dan kedudukan Keraton
Kasepuhan ini dipengaruhi faktor historis sejak zaman penjajahan Belanda.
Adanya depolitisasi, demiliterisasi akibat hasutan dan perjanjian kerjasama
dengan Belanda menyebabkan hilangnya kekuasaan politik bahkan ekonomi
Kesultanan Cirebon pada saat itu. Karena dianggap mendukung Belanda dan kurang
mendukung perjuangan kemerdekaan, kondisi hilangnya kekuasaan politik seperti
ini terus berlanjut hingga zaman setelah kemerdekaan, dan Kesultanan Cirebon,
termasuk Kasepuhan berada di bawah kekuasaan pemerintah NKRI tanpa ada hak
istimewa seperti yang terjadi di Yogyakarta.
Jika dilihat secara normatif, rasionalitas, dan legalitas
seperti yang disebutkan Weber, Keraton Kasepuhan tidak memiliki kedudukan itu. Meskipun
tidak memiliki kekuasaan dan kedudukan politik secara formal, Keraton Kasepuhan
masih cukup memiliki kekuasaan secara secara kultural di mata masyarakat.
Kekuasaan dan pengaruh ini dikonstruksi oleh beberapa hal, yaitu budaya dan
agama, peran keagamaan dan relasinya dengan kalangan agama, silsilah, serta
kharisma dari para leluhurnya yang juga diinternalisasi melalui pendidikan dan
gemblengan oleh kalangan internal keraton kepada putra mahkotanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar