Saat ini kondisi keraton yang masih ada di Indonesia banyak yang sangat memprihatinkan. Biar bagaimana pun Keraton atau kerajaan yang masih ada saat ini adalah sebuah institusi peninggalan masa lalu dan juga sekaligus sebagai bukti peradaban bangsa. Perjalanan politiknya di masa lalu, khususnya ketika jaman penjajahan Belanda membuat posisi dan kedudukannya berubah saat ini. Dominasi dan pencabutan hak politik atau depolitisasi oleh kolonial turut mempengaruhi perjalanan kerajaan dan kondisinya saat ini. Kondisi ini juga yang mempengaruhi kekuasaan dan kedudukan Keraton Kasepuhan sebagai hasil dari perpecahan Kesultanan Cirebon.
Kekuasaan dan kedudukan keraton Kasepuhan inilah yang coba dikaji dalam penelitian yang berjudul "Dinamika Kekuasaan dan Kedudukan Keraton di Kota Cirebon: Studi Fenomenologi tentang Keraton Kasepuhan". Berikut ringkasan hasil penelitiannya.
Dinamika Kekuasaan dan Kedudukan Keraton di Kota Cirebon: Studi Fenomenologi tentang Keraton Kasepuhan*
oleh: Bambang Wibiono
RINGKASAN
Keraton atau Kesultanan Kasepuhan merupakan institusi tradisional yang secara fakta masih ada di Indonesia, khususnya di Cirebon. Keberadaan kraton di Cirebon memiliki warna tersendiri bagi kehidupan sosial politik dan ketatanegaraan di daerah itu. Pada masa lalu, kraton adalah simbol kekuasaan dan struktur pemerintahan bagi masyarakat. Dengan berkembangnya jaman modern saat ini, serta berubahnya sistem pemerintahan, mengakibatkan fungsi formal dari institusi kerajaan yang masih ada perlu dipertanyakan kembali. Atas alasan itulah penulis tertarik untuk meneliti bagaimana dinamika kekuasaan dan kedudukan keraton di Kota Cirebon, serta apa yang mengkonstruksi kekuasaan itu sampai saat ini. Kekuasaan yang dimaksud tidak hanya pada kekuasaan formal, namun juga kekuasaan secara kultural.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode ini dianggap paling cocok untuk meneliti realitas kekuasaan keraton berdasarkan perspektif pelaku. Pada metode ini, pelaku dianggap orang yang paling paham dan mengetahui mengenai permasalahan. Teknik pemilihan informan menggunakan teknik purposive dan snowball sampling.
Dahulu Kesultanan Cirebon sebagai cikal-bakal Kasepuhan memiliki kekuasaan, pengaruh dan wibawa yang besar. Berkembangnya zaman, kekuasaan itu kian memudar. Hilangnya kekuasaan politik Kesultanan Kasepuhan terjadi sejak masa kolonialisme Belanda. Perkembangan zaman yang semakin modern dan terbentuknya NKRI membuat eksistensi keraton sebagai institusi pemerintahan tradisional kian tersingkirkan dan kini hanya sebagai cagar budaya yang perlu dilestarikan. Kesultanan Kasepuhan berada di bawah kewenangan pemerintah NKRI dan ini berdampak pada hilangnya otoritas politik keraton. Kondisi seperti ini menyebabkan perubahan fungsi, kekuasaan dan kedudukan Keraton Kasepuhan. Meskipun tidak memiliki kekuasaan dan kedudukan politik secara formal, Keraton Kasepuhan masih cukup memiliki kekuasaan secara kultural di mata masyarakat. Kekuasaan dan pengaruh ini dikonstruksi oleh beberapa hal, yaitu budaya dan agama, peran keagamaan dan relasinya dengan kalangan agama, silsilah, serta kharisma dari para leluhurnya yang juga diinternalisasi melalui pendidikan dan gemblengan oleh kalangan internal keraton kepada putra mahkotanya.
Kata kunci: Keraton Kasepuhan, kekuasaan, pengaruh, kebudayaan.
download file ini
* Penelitian ini dilakukan sebagai tugas akhir penyusunan Skripsi pada jurusan Ilmu Politik, FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, 2011.
* Penelitian ini dilakukan sebagai tugas akhir penyusunan Skripsi pada jurusan Ilmu Politik, FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, 2011.