Assalamu'alaikum,,, Salam Hormat

Terima kasih atas kunjungan anda ke blog saya. Semoga bermanfaat. Semua tulisan ini hasil saya pribadi, atau diambil dari tulisan lain yang tercantum pada rujukannya. Bila mengutip baik secara langsung maupun tidak, sebagian atau keseluruhan, diharapkan Mencantumkan sumber tulisan dan penulisnya pada daftar pustaka/catatan kaki sebagai bahan rujukannya.
atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih

Selasa, 12 Juli 2016

Ga Mudah Jadi Orang Indonesia (Perspektif Soal Kemacetan Arus Mudik)


Ternyata ga mudah jd org indonesia. Segala sesuatu yg dilakukan belum tentu dianggap benar. Berbicara mengenai kemacetan saat arus mudik, sepertinya berbagai langkah antisipasi yg dilakukan pun sangat mungkin dihujat. Apalagi ga melakukan apa-apa.

Mungkin sudah ada beberapa upaya untuk mengatasi kemacetan. Aktivasi proyek tol yg mangkrak, membuka proyek jln tol baru, mungkin sebagai salah satu cara utk mengurangi kemacetan. Itu pun menuai banyk kritik dari sana sini. Pernah ada seorang teman yg posting soal penyediaan moda transportasi kereta cepat dg jumlah rel diperbanyak bisa menjadi alternatif lain pemecahan masalah kemacetan, khususnya saat arus mudik liburan lebaran. Tapi nyatanya, rencana pembangunan monorail di Jakarta utk mengurangi macet pun menuai banyak kritik (terlepas dr kasus korupsinya). Kemudian, misal dg cara mengurangi laju pertumbuhan penduduk melalui program KB. itu pun tentu diprotes krn dianggap oleh sebagian org itu adalah hak dan jg menyalahi ajaran agama. kalau misal membatasi jumlah penjualan kendaraan, bakal diprotes krn akan mengurangi pendapatan negara jg dr sektor pajak dan resiko PHK buruh/karyawan pabrik perakitan kendaraan. Misalnya lagi dg langkah pelebaran jalan dimana-mana. Tentu ini jg akan diprotes dan berbuntut konflik/negosiasi yg alot dg para pemilik lahan di pinggir jalan raya. jika hrs buat jalan baru akan diprotes para aktivis lingkungan krn akan mengurangi lahan hijau atau mengurangi lahan pertanian.
Dan sepertinya, kalau para pemudik dihimbau utk menggunakan transportasi umum saat mudik, sepertinya tetap akan lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. Ini karena dianggap lebih simpel, fleksibel dan sekalian bisa "pamer" di kampung halaman. hehee..

itu baru memikirkan langkah antisipasi dari aspek infrastrukturnya. belum lg untuk mengatur jutaan kepala pengguna jalannya yg jauh lebih sulit. ketika semua infrastruktur disiapkan, jika penggunanya blm siap atau bahkan tidak mau dibuat siap, maka langkah apapun akan makin sulit.
kemacetan sebuah keniscayaan. hanya bisa diupayakan untuk meminimalisir dan mencegah efek negatifnya.

Siapapun yg jd pemimpinnya, akan mengalami dilema seperti ini. Entah itu SBY, jokowi, prabowo, megawati, suharto, bahkan sukarno sekalipun jika dikasih kesempatan saat ini, mungkin akan mengalami hal yg sama. Seperti saya katakan di awal, kemacetan saat lebaran adalah keniscayaan. Itu udh terjadi dr tahun ke tahun.
Silahkan hitung matematis saja. Kira-kira butuh seberapa lebar jalan dan brp ruas jalan agar mampu menampung arus mudik yg berangkat pd waktu bersamaan. misal, dlm 1 jam akan ada 5000 kendaraan keluar dr jakarta. dan itu terus terakumulasi tiap jamnya. sama kasusnya saat di palang pintu perlintasan kereta. begitu palang dibuka, tumpukan kendaraan maju bersamaan, maka pasti macet. blm lg kondisi pengemudi yg ga sabaran, maen serobot jln org. makin macet total. bayangkan kondisi ini terjadi sepanjang jalan arus mudik. begitulah kira - kira.

Serba salah kan setiap langkah yg mau diambil? mari perluas perspektif kita dalam menilai sesuatu agar lbh komprehensif..